Friday, December 30, 2011

Ribuan Pelajar Ikuti Pekan Olah Raga dan Seni Maarif NU

Batang, NU Online
Gegap gempita suara 14 grup marching band pagi itu mengiringi derap langkah ribuan pelajar MTs yang berbaris rapi mengikuti pawai ta’aruf dalam rangka pembukaan Pekan Olahraga dan Seni Ma’arif (Porsema) yang dilaksanakan di Bawang, Batang, Jawa Tengah.
Porsema yang digagas Pengurus Cabang LP Ma’arif NU Kab. Batang pada tahun 2011 ini merupakan gelaran yang keempat kalinya.

Upacara pembukaan Porsema IV ini dipimpin oleh Ketua PCNU Kab Batang, H Achmad Taufik, bertempat di Lapangan Kecamatan Bawang, pada Senin, 19 Desember 2011. Dalam sambutan pembukaannya, Ketua PCNU berharap agar melalui ajang ini dapat dijaring bibit-bibit unggul pelajar NU dalam bidang olahraga dan seni.
Selanjutnya, mereka diharapkan bisa mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga dapat mengharumkan nama NU pada khususnya dan Kabupaten Batang pada umumnya. 

Ribuan pelajar yang menjadi peserta Porsema IV ini adalah utusan dari 24 MTs yang bernaung di bawah PC LP Ma’arif NU Batang. Selama dua hari, 19-20 Desember 2011, mereka bersaing untuk menjadi yang terbaik dalam beberapa cabang lomba yang dipertandingkan.

Menurut H Saifudin, Kepala MTs NU 02 Karanganyar Batang, yang ditemui NU Online saat mendampingi anak didiknya bertanding dalam ajang Porsema IV ini menjelaskan bahwa ada 17 cabang lomba olahraga dan seni yang dipertandingkan yaitu bola voli, sepak takraw, tenis meja, lari, catur, dan bulu tangkis.
Sedangkan, pada bidang seni diperlombakan antara lain MTQ, Cerdas Cermat Aswaja, Baca Puisi Islami, Pidato Bahasa Arab, Pidato Bahasa Indonesia, Pidato Bahasa Inggris, Pidato Bahasa Jawa, dan Kaligrafi.

Adapun juara umum Porsema IV 2011 ini adalah MTs Nurussalam Tersono yang meraih 5 emas, 4 perak, dan 4 perunggu. Sedangkan runner up ditempati MTs Nurul Huda Banyuputih yang berhasil merebut 4 emas, 2 perak, dan 3 perunggu. Posisi ketiga diraih oleh MTs Hasyim Asy’ari Bawang yang memperoleh 4 emas dan 2 perak.

Sumber : NU Online

Thursday, December 29, 2011

Sastra "Sederhana itu indah"

Habis tidur bersantai-santai sambil bermain-main remot-kontrol. Mencari acara tv yang cocok; kadang-kadang malah bingung; terlalu banyak yang menarik untuk ditonton. Asyiknya karena tak perlu rebutan dengan anak-isteri seperti di rumah. Nontonnya pun bisa los, sepenuh perhatian. Mau ketawa, mau tepuk tangan, mau mengumpat tak perlu ditahan-tahan dan tak perlu sungkan-sungkan. Tapi setelah pilih saluran sana, saluran sini, akhirnya aku capek sendiri.
(”Iseng”, Gus Mus)

Berbicara tentang sastra, maka yang muncul dari benak kita adalah ”keindahan,” siapa yang tidak setuju bahwa sastra itu indah. Lihat saja ketika sahabat-sahabat kita membacakan puisi atau ketika kita membaca novel dan juga cerpen, sungguh kadang membawa kita seolah berada di dunia fatamorgana, terasa begitu indah. Namun berapa orang yang bisa menciptakan karya sastra? Biasanya kita terlalu asyik menikmati karya sastra orang lain tetapi kita sama sekali tidak bisa membuatnya karena lupa mempelajarinya.
Memang kadang terasa sulit untuk memulai kata apa yang harus kita tulis pertama kali untuk mengawali sebuah karya, menulis cerpen, puisi atau yang lainnya. Maka dari itu saya akan mencoba mengajak para sahabatku untuk sejenak merenungi karya sastra Gus Mus.
Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, kemarilah
Rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
Datanglah aku kan berlari menyambutmu
Tapi kau terus sibuk dengan dirimu
Kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
(”Cintamu”, A. Mustofa Bisri)

Perhatikan dengan cermat penggalan puisi di atas, tidak ada kata-kata yang tidak kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. Saya yakin hampir setiap hari kata-kata dalam penggalan sajak di atas pasti kita gunakan untuk bercakap-cakap dan bahkan akan terus diulang berkali-kali setiap hari. Tetapi apakah kata-kata tersebut mengurangi kepuitisan bahasa puisi tersebut? Sesungguhnya jika kita (penyair dan pembaca) sudah merasa cukup dengan kata ”aku”, apa gunanya kata ”beta”, ”hamba”, dan lain sebagainya; jika kita merasa cukup dengan kata ”jiwa”, apa gunanya kata ”sukma,” ”atma”, dan sebagainya. Jadi, bagi sastra kebersahajaan itu penting, tidak saja dalam hal bahasa, struktur, imaji, dan makna, tetapi juga pesan yang dikandungnya.
Perkenankanlah aku mencintaimu semampuku
Menyebut-nyebut namamu dalam kesendirian pun lumayan
Berdiri di depan pintumu tanpa harapan
Kau membukakannya pun terasa nyaman
Sekali-kali membayangkan kau memperhatikanku pun cukup memuaskan
Perkenankanlah aku mencintaimu sebisaku
(”Perkenankanlah Aku Mencintaimu”, A. Mustofa Bisri)
Salah Tafsir
Mengungkapkan cinta kita pada Tuhan adalah bukan tindakan main-main (guyonan). Tuhan itu sangat hebat dan dahsyat, maka tradisi dan norma berpikir kita tentang Tuhan juga harus hebat dan dahsyat. Itulah sebabnya, ketika kita menyatakan kehebatan dan kedahsyatan cinta kita pada Tuhan yang terjadi justru kita kelelahan memilih kata-kata yang paling hebat dan dahsyat. Akibatnya, bisa jadi pernyataan cinta itu mengalami degradasi makna (meleset). Coba perhatikan penggalan puisi berikut ini:
Ya Allah, Engkau adalah pelabuhan hatiku
Ya Rob, Engkau adalah tambatan sukmaku
Engkau adalah syahbandar cintaku
Engkau samudera puncak muara asaku

Kalau kita cermati penggalan puisi di atas, dari sisi semantik kebahasaan, maka apa bedanya Tuhan dengan Ujung Negara, Curuk Sewu, Pantai Sigandu dan dermaga-dermaga lainnya. Tetapi puisi Gus Mus tidak perlu menggunakan kata-kata sehebat dan sedahsyat itu. Gus Mus hanya menggunakan kata-kata sewajarnya yang biasa kita pakai bercakap-cakap tiap hari dan rasanya keindahan puisinya justru menjadi luar biasa.
Pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan akan kembali kepada batas kewajaran; dan begitu pula yang berkekurangan, pada titik nadirnya akan kembali kepada kewajaran. Maka, pada intinya kewajaran itulah yang tidak akan berubah, kewajaran yang abadi. Maka ada baiknya sebelum kita membuat karya sastra, mari kita membuka lembaran-lembaran karya sastra Gus Mus agar tercipta karya sastra yang indah dan abadi.

Oleh : Nurkholis Majid (Guru Bahasa Indonesia)

Musik Tidak Hanya Asik Tapi Juga Mendidik


Musik adalah bahasa yang universal. Namun dalam dunia pendidikan, musik masih menempati second class dan masih kalah bergengsi dengan pelajaran lainya seperti matematika.

Padahal keterampilan memainkan alat musik bagi seorang anak dapat mennjadi salah satu indikator kecerdasan seorang anak. Anak yang pandai bermusik berarti mampu mengoptimalkan potensi otak kanannya. Otak kanan (right hemispere) berdasar pada spontanitas dan pengendalian fungsi mental. Misalnya emosi, intuisi, hubungan ruang dan dimensi, pemikiran devergen, gambar, musik dan irama, gerak dan tari. Sementara otak kiri (left hemisphere) merupakan pusat pengendali fungsi intelektualitas. Misalnya logika, daya analitis, daya ingat, pemikiran konvergen, bahas, perhitungan.

Musik dapat digunakan untuk menyeimbangkan otak kanandenagn otak kiri. Dan keseimbangan antara kedua bagian otak tersebut dapat mempengaruhi kecerdasan seorang anak.

Seorang biofisikawan dari sekolah musik di Providence, rhode island yang bernama martin garinder menyimpulkan bahwa pendidikan kesenian dapat berinteraksi dengan kecepatan seseorang menyerap mata pelajaran lainya, misalnya menulis, membaca, maupun menghitung. Pernyataan itu didapatkannya dari penelitian terhadap 96 anak sekolah yang berusia antara lima sampai tujuh (5-7) tahun empat puluh delapan (48) siswa pertama diikutkan dalam pelajaran ekstra tentang musik dan seni visual. Sedangkan 48 siswa sisanya hanya mengikuti pelajaran musik dan menggambar sesuai kurikulum standar.

Pada tahun yang pertama ke 48 siswa yang mendapatkan pelajaran ekstra musik itu belajar untuk bernyanyi dalam paduan suara sekaligus melatih ketepatan menembak nada dan irama. Pelajaran itu menjadi pelajaran yang menyenangkan bagi mereka, sekaligus melatih kepekaan emosional mereka. Kemudian pada tahun kedua grinder memberikan kepada mereka pelajaran membaca partitur not balok.

Dari penelitiannya selama dua tahun itu, secara mengejutkan garinder menemukan peningkatan kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang pesat kepada 48 siswa yang mendapatkan jam ekstra, dan hebatnya lagi hal tersebut terjadi kepada seluruh anak-anak baik yang tingkat kecerdasannya kurang maupaun pas-pasan. Di lain pihak, pada anak-anak yang tidak mendapatkan jam ekstra garinder tidak menemukan perkembangan yang berarti dalam hal membaca, menulis, dan berhitung, apalagi jika dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan jam ekstra musik. (Krinamurti, 2001)

Ada satu hal yang luput dari perhatian kita, bahwa musik dapat bermanfaat untuk perkembangan seorang anak. Di saat semua pakar pendidikan berdiskusi dan berwacana tentang pengembangan karakter peserta didik, mereka melupakan musik. Sebagian pakar pendidikan, birokrat dan orang tua bagaikan berkacamata kuda memandang bahwa pendidikan moral keagamaanlah yang dapat mengembangkan karakter seorang anak. Mereka melupakan bahkan mengabaikan musik.

courtesy : mata air

nur kholis majid

MTs HA Terbaik Ke 3 Se-Kabupaten Batang

        Gelaran Porsema (Pekan Olahraga dan Seni Maarif) tingkat kabupaten Batang telah selesai dilaksanakan, tetapi gaungnya masih saja terdengar, karena ditahun ini terasa spesial bagi MTs Hasyim Asyari, MTs Hasyim Asyari Berhasil menorehkan banyak prestasi di gelaran PORSEMA tahun ini, bertindak sebagai tuan rumah (bawang) MTs berhasil membawa beberapa medali, emas dan perak, secara peringkat MTs Hasyim Asyari Berada dibawah MTs NurusalamTersono  tang berhasil membawa 5 emas dan beberapa perak serta perunggu, peringkat kedua MTs Nurul Huda Banyu Putih yang membawa 4 Emas serta beberapa Perak serta perunggu, sedangkan MTs Hasyim Asyari berhasil membawa 4 Emas dan 1 Perak, nilai Mts Hasyim Asyari dan Mts Nurul Huda sebenarnya sama, yakni sama-sama men gumpulkan 4 Emas, akan tetapi kita kalah dalam perolehan Perak dan Perunggu, kendati demikian kita patut berbangga karena mampu menembus 3 besar sekabupaten Batang,
Perolehan medali dari beberapa cabang yang dilombakan, Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah : 
  1. Andriani MH ( Medali Emas Bulu tangkis )
  2. Najib, Ari, Saiful ( Medali Emas Sepak Takraw)
  3. A. Wahib Maulana (Medali Emas Pidato Bahasa Indonesia)
  4. A. Sulaiman (Medali Emas Sain Matematika)
  5. Nurudin dan Sukron (Medali Perak Tenis Meja)
     Prestasi tersebut tidak lepas dari kerja keras dan usaha dari anak-anak MTs Hasyim Asyari, Serta dukungan dari suporter yang memadati arena pertandingan,  sehingga mampu mengalahkan lawan-lawanya,
Diharapkan prestasi demi prestasi akan kita raih demi terwujudnya MTs Hasyim Asyari Yang Berprestasi, sesuai dengan Selogan "Kini MTs Hasyim Asyari Lebih Baik"

Wednesday, December 28, 2011

PENSI and OSIS AWARD 2011

Pagelaran Seni MTs Hasyim Asyari Memang Sudah Lewat tapi gaungnya masih aja terdengar,. Karya-karya anak MTs Hasyim Asyari sangat fantastis, tak satupun kelas yang tidak menampilkan karya seninya, selain karya seni dalam acara pagelaran seni ini juga ada kegiatan OSIS Award atau ajang pemilihan siswa berprestasi, ada delapan kategori dalam pemilihan ini, diantaranya adalah siswa berprestasi, siswa teladan, selain itu juga diberikan penghargaan pengabdian.




yang mau download videonya klik DISINI