Thursday, December 29, 2011

Sastra "Sederhana itu indah"

Habis tidur bersantai-santai sambil bermain-main remot-kontrol. Mencari acara tv yang cocok; kadang-kadang malah bingung; terlalu banyak yang menarik untuk ditonton. Asyiknya karena tak perlu rebutan dengan anak-isteri seperti di rumah. Nontonnya pun bisa los, sepenuh perhatian. Mau ketawa, mau tepuk tangan, mau mengumpat tak perlu ditahan-tahan dan tak perlu sungkan-sungkan. Tapi setelah pilih saluran sana, saluran sini, akhirnya aku capek sendiri.
(”Iseng”, Gus Mus)

Berbicara tentang sastra, maka yang muncul dari benak kita adalah ”keindahan,” siapa yang tidak setuju bahwa sastra itu indah. Lihat saja ketika sahabat-sahabat kita membacakan puisi atau ketika kita membaca novel dan juga cerpen, sungguh kadang membawa kita seolah berada di dunia fatamorgana, terasa begitu indah. Namun berapa orang yang bisa menciptakan karya sastra? Biasanya kita terlalu asyik menikmati karya sastra orang lain tetapi kita sama sekali tidak bisa membuatnya karena lupa mempelajarinya.
Memang kadang terasa sulit untuk memulai kata apa yang harus kita tulis pertama kali untuk mengawali sebuah karya, menulis cerpen, puisi atau yang lainnya. Maka dari itu saya akan mencoba mengajak para sahabatku untuk sejenak merenungi karya sastra Gus Mus.
Bukankah aku sudah mengatakan kepadamu, kemarilah
Rengkuh aku dengan sepenuh jiwamu
Datanglah aku kan berlari menyambutmu
Tapi kau terus sibuk dengan dirimu
Kalaupun datang kau hanya menciumi pintu rumahku
(”Cintamu”, A. Mustofa Bisri)

Perhatikan dengan cermat penggalan puisi di atas, tidak ada kata-kata yang tidak kita gunakan dalam percakapan sehari-hari. Saya yakin hampir setiap hari kata-kata dalam penggalan sajak di atas pasti kita gunakan untuk bercakap-cakap dan bahkan akan terus diulang berkali-kali setiap hari. Tetapi apakah kata-kata tersebut mengurangi kepuitisan bahasa puisi tersebut? Sesungguhnya jika kita (penyair dan pembaca) sudah merasa cukup dengan kata ”aku”, apa gunanya kata ”beta”, ”hamba”, dan lain sebagainya; jika kita merasa cukup dengan kata ”jiwa”, apa gunanya kata ”sukma,” ”atma”, dan sebagainya. Jadi, bagi sastra kebersahajaan itu penting, tidak saja dalam hal bahasa, struktur, imaji, dan makna, tetapi juga pesan yang dikandungnya.
Perkenankanlah aku mencintaimu semampuku
Menyebut-nyebut namamu dalam kesendirian pun lumayan
Berdiri di depan pintumu tanpa harapan
Kau membukakannya pun terasa nyaman
Sekali-kali membayangkan kau memperhatikanku pun cukup memuaskan
Perkenankanlah aku mencintaimu sebisaku
(”Perkenankanlah Aku Mencintaimu”, A. Mustofa Bisri)
Salah Tafsir
Mengungkapkan cinta kita pada Tuhan adalah bukan tindakan main-main (guyonan). Tuhan itu sangat hebat dan dahsyat, maka tradisi dan norma berpikir kita tentang Tuhan juga harus hebat dan dahsyat. Itulah sebabnya, ketika kita menyatakan kehebatan dan kedahsyatan cinta kita pada Tuhan yang terjadi justru kita kelelahan memilih kata-kata yang paling hebat dan dahsyat. Akibatnya, bisa jadi pernyataan cinta itu mengalami degradasi makna (meleset). Coba perhatikan penggalan puisi berikut ini:
Ya Allah, Engkau adalah pelabuhan hatiku
Ya Rob, Engkau adalah tambatan sukmaku
Engkau adalah syahbandar cintaku
Engkau samudera puncak muara asaku

Kalau kita cermati penggalan puisi di atas, dari sisi semantik kebahasaan, maka apa bedanya Tuhan dengan Ujung Negara, Curuk Sewu, Pantai Sigandu dan dermaga-dermaga lainnya. Tetapi puisi Gus Mus tidak perlu menggunakan kata-kata sehebat dan sedahsyat itu. Gus Mus hanya menggunakan kata-kata sewajarnya yang biasa kita pakai bercakap-cakap tiap hari dan rasanya keindahan puisinya justru menjadi luar biasa.
Pada dasarnya segala sesuatu yang berlebihan akan kembali kepada batas kewajaran; dan begitu pula yang berkekurangan, pada titik nadirnya akan kembali kepada kewajaran. Maka, pada intinya kewajaran itulah yang tidak akan berubah, kewajaran yang abadi. Maka ada baiknya sebelum kita membuat karya sastra, mari kita membuka lembaran-lembaran karya sastra Gus Mus agar tercipta karya sastra yang indah dan abadi.

Oleh : Nurkholis Majid (Guru Bahasa Indonesia)

Silahkan Kirim Komentar anda, isi nama jelas anda ya, no Spam
EmoticonEmoticon